
Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, industri nikel Tanah Air mengalami pertumbuhan yang pesat. Investasi besar, ekspansi kapasitas, dan dorongan hilirisasi menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam rantai pasok mineral kritis global. Namun, seperti sektor komoditas lainnya, pertumbuhan pada industri nikel juga dihadapkan sejumlah tantangan mendasar.
Di antaranya adalah melambatnya pertumbuhan kendaraan listrik, kelebihan pasokan sementara akibat ekspansi teknologi RKEF dan HPAL, dan penyesuaian terbaru terhadap kebijakan dan regulasi di Indonesia. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan harga nikel. Meski begitu, banyak pelaku industri memandang kondisi ini bukan sebagai krisis, melainkan sebagai koreksi pasar yang wajar.
Pandangan itu disampaikan salah satunya oleh Direktur Keuangan PT Mitra Murni Perkasa (MMP) Achmad Zuhraidi dalam sesi CXO Panel bertema “Corporate Visionaries Chart Courses for Critical Mineral Evolution in Indonesia” di ajang Indonesia Critical Minerals Conference and Expo 2025 yang diadakan di Hotel Pullman Jakarta, dari tanggal 3-5 Juni. Dalam forum tersebut, Achmad membagikan pandangan MMP terhadap arah industri, strategi adaptasi perusahaan, dan pentingnya membangun model bisnis yang tangguh dalam menghadapi fluktuasi pasar. Menurutnya, penurunan harga nikel saat ini adalah bagian dari siklus alami komoditas. Setelah beberapa tahun didorong oleh lonjakan permintaan kendaraan listrik dan pertumbuhan industri baterai, pasar kini tengah mengalami kalibrasi ulang.
“Ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan ini memang memberikan tekanan biaya pada produsen, tetapi juga berfungsi sebagai penyaring pasar yang menghargai fleksibilitas, efisiensi, dan integrasi,” ujarnya.
Fleksibilitas untuk menjawab tantangan
Untuk menjawab tantangan itu, MMP pun membangun fasilitas smelter yang dirancang dengan prinsip fleksibilitas tinggi. Alih-alih hanya fokus pada satu jenis produk, fasilitas peleburan MMP memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan produksi sesuai dinamika pasar. Langkah tersebut memberi MMP ruang gerak untuk menyesuaikan produksi dengan dinamika pasar. Dengan begitu, perusahaan dapat fokus pada produk yang menawarkan margin terbaik dalam situasi tertentu. Ia pun menekankan bahwa fleksibilitas itu bukan sekadar strategi jangka pendek, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk membangun daya saing yang kokoh.
“Kemampuan beradaptasi semacam ini tidak hanya memaksimalkan potensi arbitrase harga, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi ketahanan dan daya saing jangka panjang di industri nikel,” ujarnya.
Perkuat rantai pasok lewat pilar strategis
Lebih jauh, MMP memandang bahwa keberlanjutan industri nikel sangat bergantung pada kekuatan rantai pasok. Terkait itu, ia menekankan bahwa ada tiga pilar utama yang menjadi fondasi dalam membangun rantai pasok nikel nasional yang tangguh. Pertama, keselarasan pasar. Menurutnya, strategi hilirisasi yang dijalankan pemerintah telah membawa Indonesia ke dalam peta utama pada rantai nilai nikel global. Namun, seiring dengan majunya ekonomi ke hilir, penting untuk memperkuat rantai nilai secara keseluruhan dengan memastikan bahwa investasi dan pembangunan industri semakin diarahkan pada kegiatan dengan pengganda ekonomi yang lebih tinggi, seperti pemrosesan, pemurnian, dan manufaktur.
“Pergeseran ini mendukung daya saing jangka panjang dan memperdalam basis industri Indonesia sehingga menciptakan manfaat ekonomi yang lebih luas di luar ekstraksi,” jelasnya.
Kedua, stabilitas kebijakan. Saat industri nasional mulai bergerak dari ekstraksi hulu menuju pemrosesan hilir, kepastian dalam kebijakan jadi hal yang penting dijaga. Pasalnya, konsistensi tentang penetapan harga acuan dan kebijakan terkait investasi akan membantu mempertahankan kepercayaan investor. Hal tersebut juga dapat mendukung visi jangka panjang untuk menggerakkan penciptaan nilai lebih dekat ke tempat margin dan pengganda ekonomi lebih besar, yakni di hilir. Ketiga, integrasi Environmental, Social, and Governance, (ESG). Keberlanjutan bukan hanya tentang metrik lingkungan, melainkan tentang ketahanan operasional dan sosial.
“Kami selalu menyelaraskan operasional perusahaan dengan standar ESG internasional. Ini bukan hanya sebagai persyaratan, melainkan karena hal itu (mampu) memperkuat operasi jangka panjang kami, memastikan keterlacakan, kepercayaan pemangku kepentingan, dan akses ke modal,” terangnya.
Bangun kemandirian industri dan rantai pasok berkelanjutan
Sebagai salah satu smelter nikel matte di Indonesia yang sepenuhnya dibiayai oleh investor domestik, MMP sukses menempatkan dirinya sebagai bukti konkret dari kekuatan industri nasional. Terkait itu, ia menjelaskan bahwa status sebagai perusahaan PMDN justru memberikan fleksibilitas tersendiri bagi MMP dalam menjalankan strategi bisnis. Menurutnya, meski tantangan pendanaan dan mitigasi risiko tetap ada, status 100 persen PMDN memberikan keleluasaan dalam pengambilan keputusan strategis serta mempercepat implementasi proyek.
Selain membahas aspek permodalan, ia juga menegaskan bahwa prinsip ESG merupakan bagian tak terpisahkan dari operasional MMP. ESG tidak hanya mencakup isu lingkungan, tetapi juga mencerminkan ketahanan operasional dan sosial. Oleh karena itu, ia memandang pengimplementasian ESG sangat penting untuk menjamin keterlacakan rantai pasok, membangun kepercayaan stakeholder, serta membuka akses terhadap pembiayaan yang lebih luas
“Kami menyelaraskan operasional kami dengan standar ESG internasional karena ini bukan hanya syarat, tapi memperkuat bisnis kami secara menyeluruh. Prinsip ESG perlu diterapkan secara terukur dan realistis agar transisi energi dapat dijalankan secara berkelanjutan,” tuturnya.
Berita Terakhir
-
MMSGI Salurkan 232 Tas Sekolah untuk Murid dan Guru di Yayasan Syarif Hidayatullah Cilincing
Jakarta - Menyambut tahun ajaran baru, MMSGI menyalurkan 232 tas sekolah kepada... -
MMS Group Indonesia dan Yayasan LINE Luncurkan Program “Bigger Dream” untuk Dukung Pendidikan di Cilincing
Jakarta- MMSGI bersama Yayasan Life After Mine (LINE) resmi menandatangani perjanjian kerja... -
MMSGI Raih Penghargaan ISRA 2025 Lewat Program Rumah Cokelat Lung Anai Bukti Nyata Kemandirian Masyarakat Adat Dayak Kenyah
Yogyakarta- PT Multi Harapan Utama (MHU), anak usaha dari MMSGI (MMS Group...